»
Latar Belakang
- Media komunikasi internet yang bebas sensor menjadi lahan subur bagi perkembangan materi-materi seks,terutama yang berbau porno.
- Internet tidak hanya menampilkan materi seks porno dalam bentuk gambar-gambar diam saja,tetapi juga ada yang menampilkan gambar bergerak atau lengkap dengan suaranya,potongan video klip dengan durasi pendek sampai yang panjang(purwono. 1998)
- Sajian situs porno di internet selain memperlihatkan gambar-gambar wanita telanjang, ternyata juga menayangkan video hubungan seksual, paedophilia (foto telanjang anak-anak), hebephilia (foto telanjang remaja) dan paraphilia (materi seks “menyimpang”); termasuk di antara-nya gambar-gambar sadomasochism (perilaku seks dengan siksaan fisik), perilaku sodomi, urinasi (perilaku seks dengan urin), defekasi (perilaku seks dengan feses) dan perilaku seks dengan hewan (Elmer-Dewitt, 1995).
- Kesepuluh subjek menyetujui privasi salah satu alasan melihat materi-materi porno di internet sebab lebih mudah mendapatkannya dibandingkan dengan membeli majalah porno atau menyewa vcd yang beresiko tinggi terlihat oleh orang lain.
- Kertarikan remaja terhadap materi porno di internet berkaitan dengan masa transisi yang sedang dialami remaja. Remaja sedang mengalami berbagai macam perubahan, baik pada aspek fisik, seksual, emosional, religi, moral, sosial, maupun intelektual (Hurlock, 1993).
- Cooper (Cooper dkk, 1999a) tentang adanya “ Triple A Engine ”, yaitu individu menemukan bahwa berinternet memakan biaya yang lebih murah ( affordability ), dapat masuk atau keluar sesuka hati sehingga mengurangi rasa malu ( accessibility ) sekaligus tanpa takut dikenali oleh orang lain (anonimity ). Dapat dikatakan bahwa secara tidak langsung, internet telah menciptakan sebuah alam yang kondusif untuk pelarian dari ketegangan mental yang dapat memperkuat pola perilaku ke arah kecanduan.
- Young dkk (2000) mengemukakan sebuah model untuk menjelaskan bagaimana internet dapat menciptakan kecanduan cybersex. ACE Model of Cybersexual Addiction digunakan untuk menjelaskan tentang bagaimana adanya anonimitas (the Anonymity ) dari interaksi online tersebut dapat meningkatkan perilaku seksual menyimpang; kemudahan akses dan tersedianya situs-situs porno menjadi alat yang dapat menyenangkan hidup ( the Convenience ) serta menjadikan-nya tempat pelarian untuk ketegangan mental dan memperkuat pola perilaku yang mengarah pada kecanduan (the Escape ).
- menurut Wallace (1999) materi-materi porno di internet dapat mempengaruhi perilaku seperti misalnya penyimpangan penyimpangan seksual ( sexual deviant ) dan munculnya kemungkinan materi porno dapat mempromosikan perilaku agresi seksual terhadap kaum perempuan.
- Kecenderungan perilaku mengakses situs porno menurut Young (Haryanthi, 2001) dipengaruhi beberapa faktor internal yang berasal dari kondisi personal individu dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor kepribadian; seperti tipe kepribadian dan kontrol diri, dan faktor situasional yang merujuk pada riwayat kesehatan dan kehidupan seks. Penelitian menunjukkan bahwa penyakit depresi secara signifikan berhubungan dengan peningkatan kecanduan internet sebagai salah satu tempat melarikan diri dari kenyataan (Young dan Rodgers, 1998). Faktor eksternal berasal dari luar diri pengguna yaitu faktor interaksional dan lingkungan. Faktor interaksional menurut Young (1997) berasal dari aspek interaktif aplikasi internet. Aplikasi komunikasi dua arah berbentuk e-mail, chatting rooms, MUDs ( Multi Users Dungeons) dan news group lebih bersifat adiktif karena adanya aspek interaktif yang dapat membangun suasana kondusif bagi pengguna untuk mencari persahabatan, kesenangan seksual dan perubahan identitas. Faktor lingkungan berasal dari pendidikan seks formal maupun informal, maupun lingkungan subjek sendiri. Selain faktor-faktor seperti yang telah dikemukakan oleh Young, Delamater dkk (Faturrochman dalam Setianingsih, 1994) menyatakan bahwa sumber utama dari faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku seksual sebelum menikah adalah adanya kontrol sosial berupa agama, keluarga, teman dan masyarakat. Individu yang rajin beribadah akan semakin sering menerima pesan-pesan yang melarang hubungan seks sebelum menikah sehingga individu akan cenderung kurang permisif dalam sikap dan perilaku seksual.
- Menurut Suler (1998) masa remaja yang disebut sebagai periode “storm and stress” ternyata memang dapat menimbulkan kesulitan dan frustasi dalam periode kehidupan remaja dengan adanya tekanan dari sekolah, keluarga, teman. Semua frustasi yang ditimbulkan itu – terutama frustasi agresi dan hormon seksual yang sedang meningkat dapat dilepaskan di dunia internet yang bersifat anonim.
- Remaja yang hidup di zaman sekarang lebih sering bergesekan dengan materi seks yang makin banyak beredar seiring dengan kebebasan media dan pers. Untuk itulah remaja membutuhkan agama sebagai pengendali dirinya dalam memantapkan kepribadian dan dapat mengontrol perilakunya (Afrianti, 1999). Diharapkan remaja yang juga selalu membutuhkan hubungan dengan teknologi dapat lebih kuat mental dalam menghadapi godaan materi-materi porno, terutama di media internet.
- Agama menurut Haditono (Haryanto, 1993) mutlak dibutuhkan untuk memberikan kepastian norma, tuntunan untuk hidup secara sehat dan benar, dimana norma agama ini merupakan kebutuhan psikologis yang akan memberikan keadaan mental yang seimbang, mental yang sehat dan jiwa yang tenteram
»
Metode
- Metode yang digunakan adalah Analisis data,analisis statistik,analisis tambahan,bentuk kuantitatif dan metode pengumpulan data.
- Metode data kuantitatif
Metode Pengumpulan Data
Mencari populasi,pilih
sampel untuk mengetahui identitas subjek. Di dapat 34 remaja perempuan dan 49 remaja laki-laki yang
beragama islam yang berusia antara 18-24 tahun. Pengguna internet mengakses 1-8
jam perminggu. Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan dua macam
skala,yaitu skala religuitas dan skala kecenderungan mengakses situs porno.
- Analisis Data
Menganalisis
data secara statistik dengan menggunakan teknik analisis korelasi “produk
moment person” untuk hipotesis pertama. untuk hipotesis yang kedua memakai uji
- T yang bertujuan menguji ada tidaknya perbedaan kecenderungan perilaku
mengakses situs porno antara laki-laki dengan perempuan.
»
Pengaruh Untuk Pembaca
Dari
segi agama kita jadi lebih menyadari bahwa nilai religuitas pada seseorang
sangat penting terutama untuk perkembangan masa remaja.
»
Pengaruh Untuk Peneliti
Untuk mengetahui
perbandingan remaja laki-laki dan perempuan yang mengakses situs porno dengan
religuitas nya.
»
Kekurangan Pada Jurnal
- Lebih berfokus pada agama islam saja tetapi tidak menganalisis agama yang lain
- Peneliti hanya merujuk pada remaja usia 18-24 tahun saja tetapi tidak menganalisis remaja pada kategori pada remaja awal dan remaja akhir.
- Peneliti sendiri lebih berfokus dalam meniliti pengakses situs porno nya daripada nilai religuitas nya.
»
Kritik dan Saran
Kritik
: Judul dari jurnal ini sebaiknya pengaruh situs porno pada nilai religuitas
bukan hubungan antara kecenderungan perilaku mengakses situs porno dan
religuitas pada remaja.
Saran :
Penulis harus bisa lebih selektif lagi dalam memilih subjek yang akan
dianalisis
»
Hasil
Hasil
yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah bahwa ada hubungan negatif
antara religuitas dengan kecenderungan mengakses situs porno pada remaja.
Dimana, makin tinggi tingkat religuitas pada remaja maka semakin kecil kecenderungannya
untuk mengakses situs porno begitu pun sebaliknya dan adanya perbedaan
kecenderungan antara remaja laki-laki dan perempuan di dalam mengakses situs
porno dimana,remaja laki-laki cenderung lebih tinggi dalam mengakses situs
porno dibandingkan dengan remaja perempuan.